Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengusulkan lokasi bencana Gunung Merapi yang tertimbun material vulkanik dijadikan kawasan sabana kolektif.

"Seluruh permukiman di kaki Gunung Merapi yang kini tertimbun material vulkanik, kami nilai cocok dijadikan kawasan sabana kolektif," kata koordinator tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudaryono, di Yogyakarta, Sabtu (3/12/2010).

Ia mengatakan kawasan sabana kolektif berfungsi sebagai sumber pakan ternak dan zona bebas hunian serta bangunan tegak, dengan kepemilikan lahan dijamin tetap berada di tangan warga.

Menurut dia dalam Lokakarya Gagasan Tata Ruang Wilayah Merapi, daerah sabana kolektif itu sebaiknya ditanami tanaman talas, pisang, dan rumput. Dalam jangka pendek dan menengah, hanya ketiga tanaman itu yang bisa tumbuh di kawasan yang terkubur material vulkanik.

"Seluruh kawasan dusun yang terkubur material Merapi kini telah menjadi koridor baru dari luncuran lahar dan awan panas gunung tersebut," kata dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UGM itu.

Ia mengatakan jika akan dihuni kembali, diperkirakan membawa risiko yang tinggi di waktu mendatang ketika erupsi dan awan panas menerjang kembali daerah itu.

"Daerah yang kini terkubur material vulkanik akibat luapan lahar Merapi memiliki ketebalan pasir mencapai 2-10 meter, lebar 200 meter, dan panjang 15 kilometer," katanya.

Menurut dia, seluruh kawasan dusun yang terkubur hanya digunakan untuk kegiatan sabana, karena desa tersebut telah menjadi daerah luncuran baru untuk lahar dan awan panas Merapi.

"Untuk hunian warga digeser ke posisi lintang dengan jarak area 500 meter dari garis tepi terluar potensial luapan lahar dan terjangan awan panas Merapi. Jadi, menggeser sekitar 500 meter dari tepi zona luberan lahar," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan penataan ruang untuk kawasan permukiman warga yang tinggal di sekitar Merapi perlu memperhatikan beberapa aspek.

"Aspek itu antara lain budaya, sosial, dan ekonomi. Dalam konteks tersebut perlu skenario tata ruang yang holistik," katanya.

Tanam talas

Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta menanam talas yang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang berusia pendek di kawasan yang tertimbun material vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi.

"Kami melakukan gerakan tanam bahan pangan usia pendek berupa penanaman talas di Dusun Srunen, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sekaligus dengan pemupukan organiknya," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) DIY Nanang Suwandi, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan dengan penanaman talas diharapkan kawasan yang tampak hanya hamparan padang pasir segera bisa tampak hijau dan bisa ditanami tanamanan keras lainnya sekaligus untuk mengurangi erosi pasir atau tanah.

Selain itu, menurut dia, dengan penanaman umbi-umbian seperti talas diharapkan warga di sekitar Gunung Merapi dapat memperoleh penghasilan.

"Penyediaan bahan pangan nonberas bagi masyarakat di sekitar Gunung Merapi sekaligus membuka peluang kerja bagi mereka," katanya.

Ia mengatakan penanaman talas dilakukan karena terjangan awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi sangat dahsyat sehingga mematikan semua tumbuhan yang dilalui.

"Sambil menunggu kondisi aman dan stabil sesuai dengan penataan ruang wilayah kawasan Gunung Merapi, warga dapat menanam tanaman nonkayu seperti umbi-umbian dan pohon pisang. Hal itu sekaligus untuk menghijaukan kawasan Gunung Merapi yang tampak gersang," katanya.

Menurut dia, selain menanam talas, Distan DIY bersama Basarnas, TNI, dan relawan juga melakukan kerja bakti dengan membersihkan lingkungan di kawasan Gunung Merapi.

"Gerakan kebersihan dilakukan dengan menyemprotkan desinfektan dan pemusnahan sisa bangkai hewan ternak di Dusun Srunen yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Merapi tersebut," katanya.

Rp15 miliar untuk padat karya

Pemerintah akan menggunakan dana siap pakai sebesar Rp15 miliar untuk kepentingan "cash for work" hingga akhir Desember 2010 bagi masyarakat terdampak letusan Gunung Merapi di empat kabupaten.

"Kami berharap, berbagai paket pekerjaan ’cash for work’ atau padat karya bagi masyarakat di empat kabupaten tersebut dapat dilakukan mulai 6 Desember," kata Koordinator Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sujana Royat, di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pihaknya telah menerima proposal paket pekerjaan dari empat kabupaten di sekitar Gunung Merapi yaitu Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali, namun proposal tersebut masih dalam proses verifikasi.

Tujuan utama dari kegiatan padat karya tersebut adalah memberikan pendapatan tunai kepada masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di lingkungan yang terdampak letusan Gunung Merapi.

Kabupaten Sleman mengajukan proposal kegiatan padat karya tersebut untuk 26 paket kegiatan yang akan dilakukan selama 18 hari, Klaten 10 paket kegiatan selama 14 hari, Magelang sebanyak 105 paket kegiatan selama 18 hari dan Boyolali sebanyak 15 paket kegiatan selama 25 hari.

Sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan dalam program padat karya tersebut diantaranya adalah perbaikan infrastruktur dasar seperti irigasi, pembersihan pasar, sekolah, dan juga jalan dari timbunan material vulkanik.

"Proporsi penggunaan dana padat karya tersebut adalah 70 persen untuk upah dan sisanya dapat digunakan untuk kepentingan lain seperti pembelian alat dan administrasi," katanya.

Besaran upah dalam kegiatan padat karya tersebut juga telah ditentukan yaitu Rp30.000 per orang per hari untuk tenaga kerja tidak terampil, Rp50.000 per orang per hari untuk tenaga semi terampil, dan Rp70.000 orang per hari untuk tenaga terampil.

Di dalam proposal kegiatan yang berbasis dusun itu, pemerintah kabupaten juga diminta untuk menentukan masyarakat yang dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Sujana mengatakan kegiatan padat karya tersebut masih akan diteruskan hingga 31 April 2011, namun dana yang digunakan adalah hasil revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari masing-masing kementerian dan lembaga.

"Kementerian Keuangan sudah akan bisa memproses revisi DIPA tersebut, sehingga bisa digunakan untuk padat karya," katanya.

Selain dana dari masing-masing kementerian, Sujana mengatakan masih ada dana hibah dari lembaga donor sebesar 27 juta dolar AS yang akan dimanfaatkan dalam PNPM Mandiri.

BP2KY sambut baik

Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta menyambut baik penurunan status aktivitas Gunung Merapi dari "awas" menjadi "siaga" pada Jumat (3/12/2010) lalu.

"Tentunya kami sangat senang, karena penurunan status ini menjadi ’senjata’ dalam promosi pariwisata di Yogyakarta," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Dedy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, dalam dunia pariwisata memberikan rasa aman dan jaminan rasa aman kepada wisatawan adalah sangat penting.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X juga mengeluarkan surat yang menjamin sisi keamanan wisatawan apabila berkunjung ke provinsi ini.

Setelah penurunan status Gunung Merapi dari "awas" ke "siaga", kata Dedy telah ada sejumlah calon wisatawan yang melakukan reservasi ke beberapa agen pariwisata di Kota Yogyakarta.

Ia berharap penurunan status Gunung Merapi tersebut akan menaikkan tingkat hunian hotel di Yogyakarta, khususnya hotel berbintang sebanyak 20 persen.

"Minimal tingkat hunian hotel di Yogyakarta pada Desember bisa mencapai 50 persen, tetapi diharapkan tingkat hunian hotel pada puncak musim liburan ini bisa mencapai 70 persen," katanya.

BP2KY selaku insan pariwisata di Kota Yogyakarta pun berharap status Gunung Merapi dapat kembali diturunkan menjadi "waspada", atau jika memungkinkan menjadi status "aktif normal".

"Kami tentu berharap status itu bisa diturunkan. Tetapi kami memang tidak memaksa pihak-pihak tertentu untuk menurunkannya. Jika memang sudah saatnya diturunkan, mengapa tidak segera diturunkan," katanya.

Selain itu, BP2KY bersama insan pariwisata lain yang tergabung dalam Jogja Tourisme Forum seperti Asita, PHRI juga berharap penerbangan ke Yogyakarta dapat segera pulih seperti sebelum letusan Gunung Merapi.

"Setelah pukul 18.00 WIB, penerbangan ke Yogyakarta belum sepenuhnya pulih sehingga kondisi ini sedikit menjadi kendala pemulihan citra pariwisata di Kota Yogyakarta," katanya.

Upaya untuk mengembalikan citra pariwisata Kota Yogyakarta sekaligus menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa kondisi Kota Yogyakarta telah aman juga dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar baik dari Yogyakarta atau dari luar Yogyakarta.

Mahasiswa dan pelajar tersebut melakukan pagelaran kesenian di Plaza Serangan Oemoem 1 Maret, Sabtu, sekaligus menyatakan deklarasi tentang kondisi Kota Yogyakarta yang aman. Demikian catatan online Brajag tentang Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.